“TANDA-TANDA MEREKA TAMPAK PADA WAJAH MEREKA DARI BEKAS SUJUD“.

Image

Wahai kaum muslim semua, mungkin sudah pada tau penggalan ayat diatas. Tulisan ini bukan bermaksud hal itu salah atau bahkan menyalahkan keberadaan tersebut, hanya saja sedikit menggelitik bagi saya. Karena ada perbedaan muslim yang ada jidat hitam sama yang ga sama sekali. Bukan juga sok – sok an jadi orang sok tahu karena ini Cuma pemikiran dan interpretasi saya sendiri sebagai seorang yang tidak tahu apa-apa tentang ilmu karena yang maha mempunyai kuasa atas ilmu itu adalah Rasulullah SAW bukan saya, bukan anda bukan pula orang lain.

 

“tanda-tanda mereka tampak pada wajah mereka dari bekas sujud“.

Dari penggalan ayat tersebut inilah yang mungkin menjadi pedoman sebagian muslim yang jidatnya menjadi kapalan. Tapi bukan maksud saya untuk bersangka buruk dengan hal seperti itu.  Tapi akhirnya menjadi saling berdebat karena beda pemahaman saja.

 

Berikut juga ada beberapa ayat-ayat serta hadits yang mengatakan hal serupa.

Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).

 

Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

 

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

 

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

 

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

 

Dan masih banyak lagi, yang tak mungkin tuk di tuliskan satu-persatu, dan jujur saya juga bukan ahli Hadits, bahkan tidak hafal alqur’an. Tapi saya hanya mencoba memberikan pemikiran saya tentang sesuatu yang jadi perdebatan ini.

 

Ada beberapa pemikiran yang muncul dari pikiran dan hati saya.

 

Pertama : Dari semua ayat dan hadits yang saya temui tentang hal itu tidak ada satupun yang berkata tentang penghitaman jidat, atau jidat sebagai tanda sujud dihari yang tentukan nanti. Yang ada adalah wajah, dan otomatis itu mencakup semua yang ada di bagian atas tubuh kita yaitu wajah. Bahkan menurut logika saya orang yang sering Shalat itu malahan mata kakinya yang hitam bukan jidatnya.Terus saya bertanya kenapa jidat saja yang dihitamkan kenapa bukan semuanya yang ada diwajah? Kan yang dikatakan wajah buhan jidat.

 

Kedua : Ada juga yang mengatakan termasuk cara menghitamkan jidat waktu sujud adalah dengan menggerakkan jidat sesuai irama bacaan sujud. Saya juga jadi berpikir kalo menghitamkan jidat waktu sujud itu , apa bisa dikatakan takdzim dan khusyu ketika shalat??Bagaimana bisa dikatakan seperti itu kalo bisa dikatakan takdzim dan khusyu??

 

Ketiga : Seperti kita tahu Rasulullah SAW adalah manusia terhebat, terlebih ketika beliau shalat. Jujur kita pasti masih kalah dengan beliau walaupun bagaimana khusyunya kita dalam shalat. Terus apa ada ayat atau hadits yang menyebutkan bahwa beliau mempunyai ciri jidatnya hitam karena shalat??

 

Keempat : Seperti kita tahu ini diabad modern. Bahkan sajadah pun sudah banyak mempunyai perubahan dari yang dulu dari batu saja sekarang terbuat dari bahan lembut dan empuk yang membuat kita Shalat menjadi nyaman.  Saya pun berpikir , kenapa bisa memaksakan jidat menjadi hitam sedangkan memakai sajadah yang begitu lembut??

 

Kelima: Dikatakan bekas sujud. Apa lantas kita bersujud dihadapan ALLAH SWT hanya jidat itu saja?? Lalu apakah  guna semua anggota tubuh ini bila tidak tunduk kepada ALLAH, apa guna ALLAH menciptakan diri kita kalo kita setengah-setengah dalam tunduk kepada ALLAH??

Keenaam: Kalo yang ALLAH SWT melihat hambanya dengan ciri fisik seperti tersebut diatas, Apakah itu tidak membuat ALLAH SWT hilang dari Sifat 20nya? Karena yang kutahu ALLAH Maha Tahu serta Maha Melihat atas segala yang Umatnya kerjakan.

ketujuh : Kalo Jidat itu menjadi patokan ALLAH memasukkan umatnya kedalam surga, kenapa pada jaman dahulu para aulia tidak berjidat hitam? Dan bila itu memang menjadi patokan, bisa saja para pendosa, penzina bahkan kafir sekalipun menghitamkan jidatnya agar  menjadi sebagai CAP agar termasuk orang yang ahli surga.

 

Kemudian ada beberapa riwayat yang saya dapat dari beberapa referensi, terserah anda mau mengatakan itu bathil atau tidak. Tapi bagi saya bathil atau tidaknya itu tidak bisa diukur selama kita sendiri juga tak tahu. Bahkan bukan perawi yang hidup dijaman Rasululllah SAW. Karena saya pernah membaca ada satu hadits yang mengatakan, Rasulullah SAW bersabda “ Barang siapa yang mendustakan perkataanku, sungguh persilahkan ambillah tempat duduknya di Neraka”.  

 

Berikut beberapa riwayat tersebut :

 Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)

Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).

 

Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).

 

Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).

 

Dari A’isyah berkata : Rasulullah melaksanakan shalat malam sebelas raka’at. Lamanya sekali sujud dalam shalat tersebut sama dengan lamanya salah seorang diantara kamu membaca lima puluh ayat. Itupun Rasulullah belum mengangkat kepalanya (belum selesai sujudnya)”. (HR Bukhari 1123, An Nassai’ dalam Al Kubra (I/116) dan ath thabari dalam musnad asy syamiyyin (IV/196)).

 

Dari semua yang saya paparkan diatas sekali lagi, bukan untuk saling berdebat tapi hanya sebagai berbagi pemikiran saja. Apakah masuk akal bila melakukan hal itu, karena bagi saya kalo ingin dibangkitkan nanti dengan wajah berseri baiknya tunduklah sebaik-baik tunduk pada Sang Pencipta, karena setahu saya yang membuat semua itu adalah Iman dan Taqwa seseorang, karena ALLAH maha mengetahui atas segala yang kita kerjakan.

Sesungguhnya saya meminta maaf dan ridho kepada pihak yang mungkin tersinggung dengan tulisan ini. Saya selaku manusia mempunyai salah yang begitu banyak, tapi saya hanya ingin berbagi pemikiran saja.

SEKEDAR RENUNGAN BUAT KAWAN MUSLM……….

Wahai mahluk yang mengaku menjadi pencinta

Cukuplah menggunjing, cukuplah bertahta diatas kemahligian firman Tuhanmu yang suci

Tak mengharapkah kalian dengan cintanya, tak takutkah kalian akan murkanya

Kenapa harus selalu menyakini kebenaran kalian kepada orang lain,

Pernahkah kalian pulang keRahimatullah sehingga kalian bisa seperti itu,

Pernahkah kalian langsung bertanya kepada pemilik-MU,

Kecuali kau tau ajaran dan pahammu itu dari lahir atau pemahamanmu saja.

Karena sesungguhnya tidak ada yang tau tentang kebenaran hakiki,  bila tak punya cinta dalam hati

Tak akan ada habluminallah tanpa habluminanas, tak akan ada cinta Tuhan-Mu bila kau tak Cinta Manusia (ciptaan-Nya)

Tak akan ada yang tau kebenaran itu sampai kita dibangkitkan dipadang mashar,

Karena akan ada telah dikatakan  akan ada 70.000 paham di antaranya 7 yang terbaik, diantaranya 1 kaum yang paling di cintai.

Kenapa kita tidak menjadi kaum yang 1 itu,  menjadi 1 dalam mahligai cinta….. Kaum dari Baginda Muhammad SAW.

Pernahkah beliau mengajarkan saling menggunjing diantara sesama kita, pernahkah beliau mengajarkan perdebatan….

Bukankah kaliah yang Tahu agama kita Rahmatan lil alamin, agaman yang penuh kasih sayang.

Tidakkah itu menjadi patokan bagi semua untuk saling berkasih sayang, bukan hanya sesama kita bahkan selain dari agama kita.

Kenapa takut berselisih paham, selama kita masih bisa menjadi 1, Rasul tak pernah mengajarkan berdebat dengan mengatas namakan nafsu kita dan parahnya kita menggunakan ayat-ayat suci sebagai senjatanya.

Padahal kita tahu, ayat-ayat suci pada jaman dahulu adalah mutlak, dan harus benar-benar paham dengan apa arti dan hakikatnya dari ayat itu. Bahkan logikanya bila kita salah arti sama saja kita menggunakan bahasa arab yang serampangan, lalu mendalil tanpa lanjutan dalil selanjutnya alias memotong. Padahal ayat suci kita adalah dari yang Maha Tahu, tapi kita manusia malah merasa lebih tahu isi dari ayat itu. Karena sesungguhnya orang tahu belum tentu paham tentang arti , makna, serta hukumnya. Tapi orang yang tau tentang arti, makna, serta hukumnya pasti dia tahu, walau dia bukan ahli hadits sekalipun. Kenyataan yang ada adalah manusia banyak mengaku ulama, bahkan ahli hadits tapi dia pun tak hafal Bukhari Muslim secara seluruhnya. Hanya pemahaman menurut pendapatnya saja…..

Lalu jangan secara gamblang menyebut yang beda denganmu salah bahkan menyebut saudara sendiri kaum kafir, logikanya…

Apakah ulama yang menjadi pedoman kalian itu ataukah kalian itu hidup pada jaman Rasulullah langsung, apakah mereka belajar dari seseorang ataukah hanya belajar lewat buku saja kemudian memahaminya tanpa bertanya???

Rasul mengajarkan kita untuk selalu bertanya, sebagaimna kita tahu apa-apa dari Allah yang dikatakan kepada rasul melewati jibril, bukannya Rasul tak bisa langsung berhubungan dengan Rabb-Nya hanya saja beliau ingin tunjukan kepada kita, bahwa kita hidup tak sendiri, pemahaman yang baik tak akan muncul sendiri tanpa bertanya. Ilmu agama atau laduni bukan seperti Ilmu sekolahan yang terkait dengan gelar S1, bahkan Doktor sekalipun. Karena  derajat kewalian (kepahaman ilmu) seseorang tidak akan ada yang tahu kecuali orang itu sendiri serta sesama wali.

Sudahlah cukup wahai kawan kita berdebat, marilah hidup bersama tanpa pergunjingan.

bermuhasabahlah atas diri kita sendiri, daripada sibuk kesalahan orang lain dengan dalil-dalil kalian.

tak akan ada jaminan membuat kita bahagia dengan perbuatan seperti itu kecuali kerugian.

 

Wassalam……………………